
Pontianak, 14 April 2025 — Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura (FAPERTA UNTAN) menyelenggarakan kegiatan Tausiyah Halal Bihalal dalam suasana penuh kehangatan dan keakraban pasca-Idul Fitri 1446 H. Mengusung tema “Menumbuhkan Jiwa, Menyuburkan Bumi”, kegiatan ini dihadiri oleh para dosen, tenaga kependidikan, purnatugas dosen dan tendik, serta pimpinan fakultas sebagai wujud silaturahim dan pemulihan semangat kolektif.
Dekan Fakultas Pertanian UNTAN, Prof. Dr. Ir. Denah Suswati, MP, IPU, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjadikan Halal Bihalal bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai ruang penyegaran relasi dan energi akademik. “Silaturahim yang tulus menjadi fondasi kekuatan moral dalam membangun kerja kolektif di lingkungan kampus. Dari hati yang bersih, tumbuhlah karya yang bermakna,” ujar beliau.
Tausiyah utama disampaikan oleh Dr. Samsul Hidayat, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak, sekaligus penulis buku Asmaul Husna untuk Terapi Jiwa. Dalam penyampaiannya, Dr. Samsul mengangkat dua Asmaul Husna sebagai pilar refleksi spiritual: Ar-Razzāq (Maha Pemberi Rezeki) dan Al-Fattāḥ (Maha Membuka Jalan). Tausiyah ini tidak hanya menggugah secara rohani, tetapi juga memberikan perspektif psikospiritual terhadap berbagai tantangan kesehatan mental yang kerap dihadapi dosen dan tenaga pendidik di lingkungan akademik modern—seperti burnout, impostor syndrome, kecemasan, work-life imbalance, dan stagnasi spiritual.
Melalui pendekatan ini, peserta diajak merenungi bahwa keyakinan terhadap Ar-Razzāq menumbuhkan rasa cukup dalam pengabdian, sementara penghayatan terhadap Al-Fattāḥ membuka keberanian untuk berkolaborasi dan menyambut peluang baru, bahkan di tengah tantangan dan keterbatasan.
Menurutnya, Halal Bihalal adalah cerminan nyata dari Al-Fattāḥ, yakni membuka hati yang sempat tertutup oleh prasangka dan luka, serta mengurai kebuntuan komunikasi yang kerap terjadi dalam relasi kerja. “Allah adalah Al-Fattāḥ—Dzat yang membuka pintu kebaikan, pintu solusi, dan pintu silaturahim. Maka Halal Bihalal bukan hanya ajang salaman, tapi momentum membuka kembali ruang-ruang kolaborasi yang selama ini mungkin terhalang oleh ego, kesibukan, atau jarak,” ujarnya.
Sementara itu, nama Allah Ar-Razzāq dikaitkan dengan pentingnya menumbuhkan jiwa yang merasa cukup, bersyukur, dan tidak saling membandingkan diri dalam dunia akademik. “Kecemasan, burnout, dan persaingan tak sehat sering muncul karena kita lupa bahwa rezeki itu cukup, bukan kompetisi. Ar-Razzāq mengajarkan bahwa keberkahan hidup terletak pada rasa cukup dan niat yang tulus untuk memberi manfaat,” tambah Dr. Samsul.
Kegiatan ditutup dengan pembacaan doa reflektif yang menyentuh, memohon kepada Allah agar seluruh sivitas akademika FAPERTA UNTAN diberikan ketenangan jiwa, kelapangan hati, dan kelimpahan hikmah dalam menjalankan amanah keilmuan.

Materi yang disampaikan mendapat respon antusias dari para dosen, tendik, dan purnatugas yang hadir. Beberapa peserta mengaku tersentuh karena penyampaian yang tidak hanya ilmiah dan kontemplatif, tetapi juga relevan dengan dinamika keseharian di lingkungan kampus. Selain mencerahkan dari sisi spiritual, tausiyah ini juga menghadirkan ruang penyembuhan emosional melalui makna memaafkan dan memperbarui komitmen kerja kolektif.
Melalui kegiatan ini, FAPERTA UNTAN tidak hanya menghidupkan semangat kebersamaan pasca-Ramadhan, tetapi juga menegaskan komitmennya untuk merawat nilai-nilai spiritualitas, keseimbangan hidup, dan penguatan kolaborasi akademik dalam bingkai ukhuwah.
Sumber: samsulhidayatcenter.com